ID230113-P
JUMAT 13 JANUARI 2023
5 OPINION
Dunia kian sesak. Bumi kini dihuni 8 miliar manusia. Warga dunia bertambah 3 orang per detik, lebih dari 228.000 jiwa per menit, dan 83 juta jiwa per tahun. Perut mereka semua itu perlu diisi makanan. Berdaulat dengan Pangan Lokal
Pemimpin Umum: Rio Abdurachman Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab: Primus Dorimulu
TAJUK
Kredibilitas Fiskal
T
memiliki keyakinan untuk membeli barang-barang kebutuhan primer dan sekunder, tapi juga barang-barang yang sifatnya tahan lama ( durable goods ). Konsumsi juga akan mendapatkan momentumnya tahun ini. Momentum pertama adalah siklus reguler tahunan puasa, Lebaran, dan tahun baru. Momen tum kedua adalah terkait tahun politik menjelang Pemilu 2024. Pengalaman menunjukkan bahwa perekonomian menjelang pemilu justru banyak dito pang oleh konsumsi karena banyak partai politik yang menebar uang. Tapi sebagai catatan, tahun politik atau tahun pemilu biasanya menjadi kesempatan bagi pemerintah untuk meluncurkan kebijakan yang populis. Kebijakan populis demi meraih simpati publik sering kali mengganggu upaya konsolidasi fiskal. Hal ini tidak boleh terjadi, meski kebijakan populis dapat mendongkrak daya beli masyarakat. Meski demikian, tahun ini dan tahun tahun berikutnya, tentu Indonesia tidak terus-terusan menggantungkan pada konsumsi rumah tangga. Investasi menjadi hal yang sangat penting, karena memiliki peran sekitar 30% terhadap PDB. Kita berharap investasi bakal se makin terpacu dengan keluarnya Perppu tentang Cipta Kerja. Perppu ini memang memiliki tujuan utama untuk menarik investasi dan membuka lapangan kerja seluas-luasnya. Bagaimanapun, dapat melaju lebih cepat. Sementara itu, kebijakan pemerintah royal belanja untuk dana perlindungan sosial, insentif pajak bagi dunia usaha, ser ta untuk menjaga daya beli tidak akan membuat APBN berdarah-darah. Buktinya, defisit fiskal tetap berada dalam batas aman. Bahkan pemerintah mampu mencapai penurunan defisit APBN lebih cepat dari target. Realisasi defisit APBN 2022 hanya 2,38% dari PDB, jauh di bawah target dalam Perpres 98/2022 sebesar 4,5% PDB, atau desain awal APBN sebesar 4,85% PDB. Meski defisit APBN relatif kecil, ruang fiskal kita tetap terbatas. Karena itu, pemerintah tetap harus lebih selektif dalammengalokasikan belanja. Kualitas belanja APBN harus diperbaiki, bahkan perlu adanya reformasi struktur belanja APBN, dengan fokus pada belanja yang menaikkan daya beli dan mengaksel erasi pertumbuhan ekonomi. Defisit fiskal yang kecil, sebagai dampak dari penerimaan negara yang melampaui target, merupakan fondasi yang kuat bagi perekonomian kita untuk memasuki masa sulit tahun ini. Kondisi tersebut sekaligus memberikan gam baran bahwa fiskal kita kredibel dan perekonomian kita resilient alias tahan banting. Fiskal yang kredibel dan solid mampu meningkatkan kepercayaan global ter hadap fundamental ekonomi Indonesia. Selain itu, fiskal yang kredibel sangat penting karena menjadi prasyarat untuk menarik investasi, baik investasi porto folio maupun investasi asing langsung ( foreign direct investment , FDI). ❑ ekonomi yang di topang investasi a k a n memi l i k i struktur yang lebih kokoh. Hal itu bu kan hanya karena investasi mampu menciptakan lapa ngan kerja, tapi juga memiliki efek pengganda ( mul tiplier ef fect ) yang besar. PDB yang ditopang investasi juga cender ung
ak perlu berkecil hati jika sejumlah lembaga internasional terus meri visi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini , termasuk Indonesia. Ekonomi global diprediksi hanya tumbuh 2,7% tahun ini berdasar kan revisi Dana Moneter Internasional (IMF). Adapun produk domestik bruto (PDB) Indonesia direvisi turun ke level 4,8-4,9% menurut versi Bank Dunia, dari proyeksi semula 5,3%. Penurunan per tumbuhan Indone sia, jika terbukti, tidak akan separah beberapa negara lain. Tiongkok yang selama ini ekonominya melaju kencang, tahun ini diperkirakan hanya naik 4,8%. Pertumbuhan Thailand diproyeksikan hanya sebesar 3,6%, Malaysia 4%, dan Filipina 5,4%. Tapi para petinggi di pemerintahan tetap optimistis bahwa perekonomian 2023 bisa tumbuh di atas 5%, setelah tahun ini diyakini mencapai 5,3%. Optimisme ini muncul dari Presiden Jokowi, Menteri Keuangan Sri Muly ani, ser ta Gubernur Bank Indonesia Perr y Warjiyo. Pencapaian per tum buhan ekonomi tahun 2022 menjadi modal untuk memasuki 2023 dengan lebih optimistis, di tengah atmosfer global yang muram. Mengacu pada data empiris selama ini, PDB Indonesia bisa saja tembus 5% tahun 2023, tapi dengan berbagai pra syarat. Salah satu yang terpenting adalah Ketika dunia usaha swasta tertekan dan bisnis secara umum terganggu, pemerintah harus mengambil alih peran yang lebih besar untuk mendorong per tumbuhan ekonomi. Pemberian insentif pajak seperti yang agresif digelontor kan ketika berlangsung pandemi Covid, harus tetap dilanjutkan. Karena itu, kita mengapresiasi jika kebijakan insentif pajak ke depan bakal dipermanenkan, mengingat tidak ada lagi alokasi dana program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Sedangkan untuk menggenjot kon sumsi rumah tangga, pemerintah sudah berjanji mengalokasikan dana perlind ungan sosial dengan jumlah signifikan, yakni Rp 470 triliun pada tahun ini. Tentu strategi tersebut mampumenggairahkan konsumsi rumah tangga, yang masih menjadi andalan PDB nasional dengan kontribusi sekitar 55%. Namun harus diperhatikan bahwa alokasi dana bantuan sosial mesti tepat sasaran. Berbagai kasus yang terjadi se belumnya menunjukkan bahwa banyak sekali belanja sosial yang tidak tepat sasaran. Semua itu bersumber dari lemahnya data, sehingga masalah ini harus diperbaiki segera. Bantuan sosial yang tidak tepat sasaran hanya akan merusak keadilan masyarakat. Konsums i tahun ini juga akan didukung oleh kelompok menengah yang mulai agresif membelanjakan uang. Berbagai survei terbaru memper lihatkan indeks kepercayaan konsumen terus meningkat. Hal itu juga mereflek sikan bahwa masyarakat bukan hanya peran kebijakan fiskal. Pemer i nt ah har us lebih ekspansif dalam belanja APBN, namun harus didorong pada belanja yang lebih produktif. Dalam kon teks itu, APBN harus mampu menjalankan perannya sebagai mo tor penggerak untuk menaikkan daya beli masyarakat rentan dan marjinal. Juga sekali gus memberikan in sentif fiskal kepada dunia usaha.
masing-masing 9,54 juta dan 1,8 juta pada 2019, naik men jadi 10,05 dan 2,13 pada 2020 (Sakernas-BPS, 2021). Berbeda dengan sebel umnya, sosok-sosok muda ini secara sadar ingin berkarya dan hidup di desa. Mereka ini selalu terpapar internet, lebih terbuka, pembelajar, dan teknologi minded . Dengan bantuan internet, mereka me masarkan produk yang dihasil kan. Kembalinya penduduk usia produktif meniscayakan tersedia SDM yang potensial dan mumpuni di desa. Berpadu dengan lahan produktif, dana desa, dan hadirnya lembaga ekonomi perdesaan, BUMDES, terbuka besar peluang desa berdaulat pangan lokal. Peran pemerintah desa sebagai penggerak ekonomi jadi penting. Yang memandu pembangunan kemandirian dengan menyatukan kekuatan. Desa-desa sekawasan bisa
Papua), jagung (Jateng, Jatim, Nusatenggara), cantel/sorgum (Nusa Tenggara), talas dan ubi jalar (Papua) jadi penopang pangan pokok warga selama bertahun-tahun. Berkat rekaya sa negara, lewat kebijakan at all cost pada padi, pola makan unik, khas, dan beragam itu digiring ke pola makan monoli tik: beras. Mengalihkan sesuatu yang sudah jadi kebiasaan ( habit ) bertahun-tahun, termasuk dalam pangan, bukan hal mudah. Kebiasaan itu ter cipta melalui proses adaptasi panjang, melibatkan segenap indera (terutama perasa dan penglihatan), pertimbangan ekonomi (akses dan efisiensi), politik (kebijakan), dan kebudayaan (akulturasi dan adaptasi). Dalam hal beras, hasilnya seperti ini: memasak beras mudah, harganya murah, gampang didapat kapan dan di mana saja. Dari sisi gizi dan
pangan jadi krusial. Apalagi, diketahui sistem pangan Indo nesia ternyata rapuh dan tak berkelanjutan. Ini ditandai oleh sistem pangan yang seragam dan terpusat, diproduksi petani kecil dan miskin, ditopang impor, bertumpu pada sumber daya yang rentan dan terbatas, rantai pasok yang tidak adil, dan besar dalam pemborosan pangan ( food lost and waste ). Pertanyaannya, di manakah harapan masa depan pangan Indonesia ditumpukan? Jawabannya adalah desa. Setidaknya ada tiga alasan mengapa desa jadi tumpuan. Pertama , 82% dari 74.961 jum lah desa hidup dari sektor per tanian. Ada desa persawahan sebagai produsen beras, desa nelayan produsen ikan dan hasil laut lain, desa perkebunan sebagai penghasil hasil kebun, seperti sayuran, kopi, karet, kakao, tembakau, dan lain lain. Kedua , desa mencakup
Oleh Khudori *)
K emajuan ilmu peng etahuan, pelayanan kesehatan, dan kualitas pangan membuat harapan hidup bisa lebih 72,8 tahun. Di sisi lain, lahan pertanian kian sempit, degradasi lingkungan meluas, air kian terbatas, dan emisi gas rumah kaca yang tak terkendali
membentuk BUMDES Bersama lalu mengem bangkan pangan (lokal) terintegrasi sesuai potensi lokal. Mulai dari pertanian, peternakan, pemeliharaan ikan hingga aneka tanaman hortikultura, tergantung potensi lokal. Warga desa menjadi konsumen utama. Padi, aneka umbi, daging (sapi, kambing, dan ayam), telur ayam, sayuran, buah-buahan, dan ikan dijual lewat BUMDES Bersama untuk ke butuhan warga desa setempat. Untuk menghindari peran tengkulak, sur plus produksi dijual le wat BUMDES Bersama. BUMDES Bersama juga menjual barang-barang konsumsi sehari-hari yang tidak dihasilkan desa dengan harga terjangkau. Harga-harga kebutuhan pokok men jadi terkendali, inflasi bisa ditekan rendah. Air seni ternak bisa diolah jadi pupuk cair bagi
membuat iklim/cuaca sulit diramal. Anomali iklim jadi fenomena keseharian, yang mem buat produksi pangan tak mudah, bahkan bisa gagal. Produksi pangan sejatinya cukup buat menyuapi 1,5 kali warga Bumi ( Foodfirst, 2011 ). Pelbagai inovasi pertanian telah mene pis pesimisme kaum Malthusian. Namun, pangan yang melimpah tak mengalir pada yang lapar, tapi (hanya) menuju yang berduit. Target Sustainable De velopment Goals nomor 1 dan 2, yakni men gakhiri kemiskinan dan
Fiskal yang kredibel dan solid mampu meningkatkan kepercayaan global terhadap fundamental ekonomi Indonesia.
kelaparan pada tahun 2030, sepertinya bakal kembali gagal. Apalagi, dihadapkan pada krisis dan resesi, serta protek sionisme dari negara negara eksportir pangan kian menguat. Langkah pembatasan ekspor dan tindakan proteksionis sebagai respons atas krisis seperti ini juga bukan hal baru. Saat krisis pangan 2007-2008 dan 2011, resep generik itu selalu diu lang. Dalam dua periode krisis itu, krisis pangan disulut oleh produksi yang turun dan daya beli warga yang rendah, yang kemudian diikuti ekspektasi penurunan suplai. Ketika pintu ekspor ditutup, pasar panik dan harga-harga pangan meroket. Plus krisis energi dan spekulasi di pasar komoditas, krisis pan gan kian dalam. Sialnya, krisis pangan selalu berimpit dengan krisis politik, yang tak jarang diikuti kejatuhan rezim. Krisis pangan yang berulang, apalagi diiringi resesi ekonomi dan krisis BBM, membuat dunia rentan dalam ketidak pastian. Arsitektur politik global akan didominasi pangan. Pertarungan dalam memenuhi dan mengontrol ketersediaan pangan jadi penentu gerak ban dul geopolitik global. Kondisi ini memaksa tiap negara mer ancang politik pangan, perta ma-tama, untuk kepentingan domestik. Kala negara-negara kampiun ekspor pangan me nutup ekspor, sebagai importir pangan yang cukup besar, pada 2021 mencapai US$ 18,7 miliar, nasib Indonesia sejatinya tak lebih baik dari negara-negara jazirah Arab. Bagi Indonesia, dengan jumlah populasi 273 juta jiwa, keberlanjutan ketersediaan
tanaman. Sedangkan kotoran ternak bisa jadi pakan ikan, pupuk alami hingga sumber energi terbarukan berupa biogas. Melalui sistem terin tegrasi ini tidak ada keluaran yang mubazir. Secara ekonomi, penguatan ketahanan pangan desa akan meningkatkan ketahanan ekonomi desa. Rantai pasok yang pendek menjamin produk lebih segar dan lebih murah ketimbang produk dari luar. Petani berpeluang memperoleh keuntungan lebih baik. Secara sosial, kemampuan produksi pangan desa yang melibatkan warga dari beragam status sosial-ekonomi akan memben tuk rantai pasok lokal inklusif. Secara lingkungan, karena rantai pasok lebih pendek akan lebih rendah jejak lingkungan nya –seperti jejak karbon dan air. Praktik ekonomi sirkular ini menjanjikan keberlanjutan dan resiliensi dari shock . *) Pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI) dan Komite Pendayagunaan Pertanian (KPP), penulis buku Bulog dan Politik Perberasan (Penerbit Obor, 2022) dan Ekonomi Politik Industri Gula Rafinasi: Kontestasi Pemerintah, Importir, Pabrik Gula, dan Petani (IPB Press, 2021), meminati masalah sosial-ekonomi pertanian dan globalisasi.
Di masa lalu, desa-desa atau wilayah adat di berbagai pelosok negeri bertumpu pada pangan lokal. Keanekaragaman hayati yang berlimpah dan kondisi ekologi beragam menciptakan aneka pangan lokal. Pangan ‘warna-warni’ ini di- leluri -kan dan diwariskan turun-menurun untuk menjamin kedaulatan pangan warga.
nutrisi, beras relatif unggul dari pangan lokal. Pelbagai kelebi han beras ini belum tertandingi oleh aneka pangan lokal yang ada. Apakah kemudian gagasan ini absurd ? Tentu saja tidak. Modal utama desa adalah ketersediaan lahan dan SDM. Belajar dari rangkaian krisis dan resesi sebelumnya, desa dengan aktivitas pertanian selalu menjadi penolong akhir ( the last resort ) kala sektor lain tersuruk. Itu pula yang terjadi saat pandemi Covid-19, yang ditandai naiknya tenaga kerja perdesaan. Yang menggembi rakan, jumlah petani milenial di perdesaan dan perkotaan juga terus naik. Petani milenial di perdesaan dan perkotaan
91% pemerintahan terendah, sisanya berupa kelurahan. Ketig a, desa didiami 71% warga negara Indonesia. Jadi, memas tikan produksi pangan di level desa sejatinya menggaransi pangan bagi sebagian besar anak bangsa di Nusantara. Di masa lalu, desa-desa atau wilayah adat di berbagai pelosok negeri bertumpu pada pangan lokal. Keanekaraga man hayati yang berlimpah dan kondisi ekologi beragam menciptakan aneka pangan lokal. Pangan ‘warna-warni’ ini di- leluri -kan dan diwar iskan turun-temurun untuk menjamin kedaulatan pangan warga. Sejarah mencatat gaplek (Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur), sagu (Maluku,
POJOK IDE
Erick Thohir ingatkan lembaga dana pensiun BUMN wariskan kebaikan. Bukan sebaliknya, warisan masalah.
Kemenperin fasilitasi sertifikat TKDN industri kecil. Tingkatkan sosialisasi dan permudah prosedur,
Dewan Redaksi: Enggartiasto Lukita (Ketua) Rio Abdurachman, Iman Pambagyo, Lili Yan Ing, Primus Dorimulu, Marwata, Anthony Wonsono, Apreyvita D. Wulansari
MANAGEMENT: Executive Chairman : Enggartiasto Lukita. Direktur Utama : Rio Abdurachman. Wakil Direktur Utama : Apreyvita D. Wulansari. Direktur Digital & Business Development : Anthony Wonsono. Direktur Keuangan : Tania Kirana. Direktur Umum : Hendra Prawira. Direktur Bisnis : Melly Marliana. Direktur Legal : Patricia Tambunan
Wakil Pemimpin Redaksi : Abdul Aziz. Redaktur Senior: Hari Gunarto. Redaktur Pelaksana : Nurjoni, Ester Nuky. Wakil Redaktur Pelaksana : Nasori, Jauhari Mahardhika (online). Redaktur : Abdul Muslim, Aris Cahyadi, Edo Rusyanto, Euis Rita Hartati, Eva Fitriani, Fransiscus Rio Winto, Harso Kurniawan, Imam Suhartadi, Iwan Subarkah, Parluhutan Situmorang (online), Thomas E. Harefa, Tri Listiyarini, Tri Murti, Totok Hari Subagyo, U Heri Gagarin (foto). Wakil Redaktur : Amrozi Amenan, David Gita Roza (foto), Ely Rahmawati, Emanuel Kure, Grace Eldora Sinaga (online), Happy Amanda Amalia, Imam Mudzakir, Indah Handayani (online), Kunradus Aliandu, Leonard Al Cahyoputra, Lona Olavia (online), Mardiana Makmun, Nida Sahara, Rangga Prakoso, Ridho Syukra, Thresa Sandra Des ka (online). Reporter : Arnoldus Kristianus, Muhammad Ghafur Fadillah, Muawwan Daelami, Novy Lumanauw, Prisma Ardianto, Triyan Pangastuti. Riset Foto : Arief Hidayat. Surabaya : Amrozi Amenan. Sekretariat Redaksi : Chandra Wijayanti (Kepala), Fransiscus Chrisnanto Nugroho, Litbang : Alam Surawijaya, Fernando Sihotang. Produksi : Gianto (Kepala), Sukadi, Agustinus W. Triwibowo, R. Thatit Tri Adiwanto, Mega. Desain Gra s : Rochadi Kusmabrata. Advertising : Djemy Piether (General Manager), Arlan Darmawan (Manajer), Jaya Peranginangin (Manager), Enny Wulandari, Hery Suhaery. Marcomm & Event Management : Herry Wardiyanto (Manager), Circulation : Dwi Erna Sari. Alamat Redaksi dan Iklan: Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 35-36, Jakarta 12950, Redaksi: Telp. (021) 29957500, Fax. (021) 5277983/ 81, Iklan: Telp. (021) 29957500, Fax. (021) 5277983 / 81, Email Iklan: iklan.investordaily@investor.co.id, Alamat Sirkulasi : Graha Investor, Jl. Padang No. 22, Ps. Manggis, Setiabudi, Manggarai. Tlp 021- 29957555 WA 0877-8005-7578 Rek. sirkulasi : CIMB NiAGa, 800065640800 Fax. (021) 5200976, Surabaya: Jl. Taman Apsari No. 15-17 Kompleks PWI Surabaya Telp. (031) 5479837 Fax. (031) 5479837, Tarif Iklan : Display BW Rp 60.000/mmk, FC Rp 70.000/mmk, Prospektus, Lap. Keuangan, RUPS/RUPO dsb BW Rp 22.000/mmk, FC Rp 32.000/mmk, Harga belum termasuk ppn 10%. No Rekening: BCA Cab. Kuningan Jakarta AC. 217.30.90111, CIMB Niaga Cab. Gatot Subroto Jakarta AC. 226.0100364007 (Rek. Iklan), CIMB Niaga: 226.0100448005 (Rek. Sirkulasi) Percetakan: PT. Gramedia Jl. Palmerah Selatan No. 22-28 Jakarta Pusat. Isi di luar tanggung jawab percetakan.
■ Investor Daily menerima kiriman surat pembaca dan artikel opini minimum 7.500 karakter. Artikel opini dapat dikirim melalui pos ke alamat redaksi atau e-mail: koraninvestor@investor.co.id. Wartawan Investor Daily tidak diperkenankan menerima imbalan dalam bentuk apa pun dari narasumber.
Made with FlippingBook - professional solution for displaying marketing and sales documents online